7 Tradisi untuk Mengenang Kematian Keluarga Tercinta dari Seluruh Dunia

Kalau bukan kita, siapa lagi?

7 Tradisi untuk Mengenang Kematian Keluarga Tercinta dari Seluruh Dunia

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Hampir semua budaya di dunia memiliki kepercayaan untuk menghormati dan mengenang mereka yang telah wafat, baik itu keluarga maupun teman. Bahkan beberapa kebudayaan memiliki hari khusus di mana kerabat yang hidup harus mengunjungi makam dan memajang foto yang telah meninggal dunia sebagai bentuk cinta kasih mereka, seperti tradisi Day of The Dead asal Meksiko, yang ditunjukkan dalam film Disney Pixar Coco. Selain itu, ada banyak budaya lainnya yang juga memiliki makna sama, lho. Apa saja, ya?

1. Chuseok di Korea Selatan

ripleysjeju-co-kr-fe45efa6038d9d5e8703fda128f69244.jpgRipleysjeju.co.kr

Adalah festival besar dan libur tiga hari di Negeri Ginseng, sebagai perayaan untuk memberi rasa syukur pada nenek moyang terdahulu atas panen yang melimpah. Selama masa liburan ini, masyarakat Korea akan kembali ke kampung halamannya untuk melakukan ritual pagi hari dan menyiapkan kue beras Songpyeon, untuk ditinggalkan agar dapat dimakan oleh pada pendahulunya yang telah wafat. Setelah itu, biasanya akan digelar pesat, upacara peringatan bernama Charye, dan kunjungan ke makam untuk membersihkannya.

2. Obon Festival di Jepang

japantimes-co-jp-1e49b1b705e61f6411c463226635b897.jpgJapantimes.co.jp

Jepang memiliki tradisi Obon Festival, peringatan mengenang orang-orang yang telah meninggal, selama tiga hari berturut-turut, setiap tanggal 15 Agustus. Pada hari ini juga, orang-orang kembali ke kampung halaman karena mereka percaya, keluarga yang telah meninggal akan datang kembali ke tempat itu. Untuk menjaga agar para leluhur nggak sengsara di dunianya, anggota keluarga yang masih hidup memberikan penghormatan dan merayakan hari ini bersama. Kemudian pada akhir perayaan, keluarga akan menyalakan api unggun raksasa dan mengapungkan lentera di sepanjang sungai untuk membantu mengarahkan para arwah kembali ke dunianya.

3. Gaijatra di Nepal

globalpressjournal-21a6e4ff56c10726b31b556de233596c.jpgGlobalpressjournal.com

Di Nepal, masyarakat di negara itu merayakan Gaijatra festival sebagai peringatan orang meninggal, selama 8 hari berturut-turut pada bulan Agustus atau September. Perayaan ini sering disebut sebagai Festival of the Cows karena adanya sapi, hewan yang dianggap suci oleh Hindu, di dalamnya. Jadi, keluarga yang telah ditinggal wafat anggotanya akan mengarahkan sapi ke tengah kota dengan keyakinan kalau hewan itu dapat memandu para arwah ke alam kematian. Jika sebuah keluarga nggak bisa memandu sapi, dapat diganti dengan anak laki-laki bertopeng sapi.

4. Famadihana di Madagaskar

flickr2-6317a6cd45f954f65a5de533627abdf7.jpgFlickr.com

Pulau kecil yang termasuk dalam benua Afrika ini nggak memiliki hari spesifik untuk memeringati orang yang telah wafat. Namun, setiap musim salju, orang-orang Malagasy akan ikut melakukan Famadihana, tradisi yang mengakar dari kepercayaan kalau arwah yang telah meninggal nggak akan bisa ke dunia para nenek moyang kalau tubuhnya belum terurai sepenuhnya. Jadi setiap tujuh tahun sekali, mayat akan dikeluarkan, dibungkus ulang dengan sutra, dibawa dan dimakamkan kembali dengan iringan pesta.

5. Halloween di Amerika Serikat

timeout-2c598632321c99f0283176d2294316bf.jpgTimeout.com

Sebelum dikenal sebagai perayaan meriah dengan permen dan labu seperti sekarang, Halloween dulunya disebut All Hallows Eve, sebelumnya lagi bernama Samhain. Saat melaksanakan hari memeringati orang yang meninggal ini, orang-orang akan menyalakan api unggun, mengenakan kostum, dan mengukir wajah yang menyeramkan pada labu untuk menangkal roh jahat.

6. Lemuralia di Roma, Italia

pinterest3-e22ec769e7a57ba248ef9a5b7cab3cb8.jpgPinterest.com

Festival Lemuralia, atau Lemuria ini diselenggarakan setiap tanggal 9, 11, dan 13 Mei, untuk mengusir arwah nenek moyang yang jahat dari rumahnya. Karena itu pada perayaan ini, para pemimpin rumah tangga akan membersihkan rumahnya dengan ritual unik. Pertama, mereka harus bangun tengah malam dan mencuci tangannya tiga kali. Kemudian, berjalan telanjang kaki ke seluruh area rumahnya, melempar kacang hitam melewati bahunya sembilan kali sambil berkata, "haec ego mitto; his redimo meque meosque fabis" atau berarti "Saya mengirim ini; Dengan kacang ini aku menebus diriku dan milikku." Ritual ini dimulai oleh Romulus untuk menenangkan arwah dari saudara kembar Remus yang meninggal karena melompat melewati dinding.

7. Galungan di Bali, Indonesia

balikidsguide-2c6bc3708a24f815244676dd68b92a30.jpgBalikidsguide.com

Sebagai negara yang kaya budaya dan keyakinan, Indonesia juga punya tradisi atau festival memeringati arwah dari keluarga yang telah meninggal. Salah satunya adalah Galungan, tradisi asal Bali. Keluarga yang masih hidup harus menyiapkan hiburan dan sambutan untuk para leluhur. Kalau nggak, arwah itu akan menghantui rumah. Karena itu, masyarakat Bali menghiasi seluruh sudut pulau dengan daun kelapa, buah, dan bunga, serta membuat pesta besar. Bagi masyarakat Pulau Dewata, tradisi Galungan sangat penting sebagai bentuk penghormatan pada nenek moyang, menunjukkan rasa syukur, dan menjaga rumah agar nggak dihantui.

Masih banyak lagi tradisi yang dikhususkan untuk memberikan penghormatan pada arwah keluarga yang telah meninggal. Hikmahnya, kita nggak boleh melupakan anggota keluarga yang telah meninggalkan dunia fana, melainkan mengenang serta menghormati mereka agar tenang di alam sana. Sebab kalau bukan kita, siapa lagi?

BACA JUGA: Siap Menikah Beda Budaya? Pertimbangkan 5 Hal Ini

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here