Mempunyai gebetan bisa menjadi penyemangat. Menurut Dr. Suzanne Degges-White, Ph.D., ketua dan profesor pendidikan konseling dan konselor di Northern Illinois University, saat mengetahui orang yang kita taksir memiliki pasangan, kita akan merasa sakit hati seperti layaknya putus. Bedanya, perasaan yang kita curahkan untuk orang yang ditaksir nggak sebesar perasaan yang sudah kita curahkan pada pasangan kita.
Sesekali berkomunikasi nggak dilarang sih, Bela. Namun kamu juga harus tahu batas, ya. Usahakan komunikasimu juga hanya sebatas membahas hal penting. Jika ia mulai berkomunikasi intens, ingatkan dirimu dan dirinya, jika ia sudah berpasangan.
Stalking media sosial sepertinya sudah menjadi kewajiban untuk mengetahui banyak informasi tentang gebetan. Dari apa yang ia suka, kegiatannya hingga masalahnya pun kadang bisa kita telusuri dari media sosial. Sebelum pikiranmu terfokus dan perasaanmu tumbuh lebih dalam, berhenti stalking media sosialnya, yuk.
Sebagai cara mengalihkan perhatianmu, sibukkan dirimu dengan hal yang bermanfaat. Hangout dengan temanmu juga bisa. Jangan biarkan pikiranmu terus memikirkan gebetanmu dan semakin membuatmu ingin bersamanya.
Jika pacar gebetanmu adalah temanmu, sebisa mungkin berikan batasan komunikasi dengannya. Jangan malah sampai menjadi teman tempat curhatnya. Kemungkinan kamu bisa bersama gebetanmu memang besar, namun penuh risiko.
Ini yang paling penting. Jangan biarkan dirimu jadi perusak hubungan orang. Image-mu pasti nggak baik nantinya. Orang-orang juga akan memberikanmu stigma dan mungkin malah ada yang menghindarimu bahkan memusuhimu karena stigma tersebut. Percayalah, Bela, jika ia jodohmu, pasti ada jalan untuk bisa bersama pada waktu yang tepat.
