Perceraian memang menjadi jalan terbaik bagi kalian berdua. Seperti hatiku yang ikut hancur saat kalian memutuskannya, jatuh cinta pada pria menjadi hal yang sulit untuk kurasakan. Takut untuk percaya dan berkomitmen, tentu saja aku harus lebih berhati-hati untuk menitipkan hati. Namun tenang saja, saat sudah menemukan orang yang tepat, alasan ini bisa menjadi semangatku untuk tetap percaya cinta. Bila mereka bisa, kenapa aku tidak?
“Meski terdengar aneh, perceraian mereka justru membuatku yakin dengan pernikahan. Aku ingat bagaimana mereka menjadi pasangan yang bahagia dan saling mendukung satu sama lain sebelum berpisah. Kenangan indah itu tentu nggak akan terjadi bila mereka terus bertahan dalam hubungan yang saling menyakitkan satu sama lain. Aku hanya tidak bisa membayangkan bila masa kecil saya diisi dengan pertengkaran satu sama lain yang nggak berujung,” – Tara Eishenhard, penulis buku The D.World , Divorce through a Child’s Eyes.
“Belajar dari perceraian mereka membuat aku terpacu untuk menciptakan keluarga yang aku harapkan. Aku harus berusaha lebih keras untuk menciptakan cinta untuk setiap bagian keluarga meski nggak memiliki ikatan darah sebenarnya. Sejujurnya, menjadi seorang ibu dengan tiga anak tiri dan satu anak kandung bukan hal yang mudah, Namun, pengalaman masa kecil membuat aku berusaha lebih keras agar mereka nggak mengalami hal yang sama sepertiku dulu.” – Jamie Scrimgeour, blogger dan creator The Kick-Ass Stepmom Project.
“Orangtuaku bercerai saat aku berusia 6 tahun. Hingga aku remaja, ibu mengajarkan aku untuk menjadi wanita mandiri, kuat, dan berani menghadapi dunia tanpa perlu bergantung pada orang lain. Ia menciptakan cinta dan kebahagiannya sendiri bahkan untuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Hingga suatu hari, ia menemukan orang yang tepat dan melewati 25 tahun waktu bersama hingga ayah tiriku meninggal. Kehidupan yang penuh cinta dan tawa ikut mengajarkan aku bahwa pernikahan bukan hal yang menakutkan tanpa harus mengorbankan banyak hal.” – Susanne Kerns, Blogger dan kontributor But Did You Die? Setting the Parenting Bar Low.
“Sebagai anak korban perceraian membuat aku merasakan sakitnya kehilangan dan diabaikan. Namun dari situ saya belajar bahwa setiap hubungan yang ada, baik sebentar atau lama tentu perlu dijaga dengan cinta dan keintiman serta kerja keras keduanya. Bahkan seringkali akhir dari sebuah hubungan justru menjadi hal yang indah untuk kebahagian kedua belah pihak. Tumbuh dari pengalaman orangtua yang bercerai juga mengajarkanku bahwa pernikahan bukanlah satu-satunya kebahagian yang bisa didapatkan. Mengejar impian dan mewujudkannyalah kebahagiaan yang sesungguhnya.” – Terry Gaspard, penulis Daughters of Divorce: Overcome the Legacy of Your Parents’ Breakup and Enjoy a Happy, Long-Lasting Relationship.
“Orang tuaku telah bercerai sejak aku masih berumur 2 tahun. Ayahku menikah dan bercerai kembali hingga 7 kali, ibuku akhirnya menemukan orang yang tepat untuk mendampinginya. Aku sendiri telah bercerai 2 kali. Namun aku tetap percaya pernikahan karena setelah berkali-kali bercerai, mereka akhirnya menemukan orang yang tepat dan nggak mau meninggalkannya. Keduanya mengajarkanku untuk nggak menyerah untuk mencari cinta sejati,” - Lara Lillibridge, penulis The Forthcoming Girlish: Growing Up in a Lesbian Home.
"Orangtuaku bercerai saat aku masih kecil dan nggak memahami konsep pernikahan. Aku belajar mengenai hubungan justru dari kakek dan nenek yang terlihat bahagia sepanjang umurnya tanpa mengalami kendala yang menyakitkan. Hal tersebut tentu sangat berbeda jauh dengan kehidupan percintaan orang tuaku yang penuh drama dan lika-liku yang nggak pernah berakhir.
Untuk kehidupan yang akan datang, aku berharap menemukan seseorang yang tepat dan membuat hidupku terasa lebih mudah. Nyatanya percintaan bukanlah hal yang mudah dan ketakutan perceraian akan terulang ikut membayangi hari-hariku. Namun nyatanya, selama 22 tahun aku menikah, usaha yang dilakukan kami berdua justru menjadi sebuah keberhasilan di mana kami saling bergantung satu sama lain.” Kristine Laco, Blogger Mum Revised.
