Pernikahan adalah topik yang sudah menjadi hal biasa dibicarakan oleh generasi milenial yang sudah memasuki usia 20an. Topik ini nggak mengenal gender, termasuk laki-laki. Salah satu hal yang suka dibicarakan laki-laki tentang pernikahan adalah harapan mereka terhadap si calon istri. Di saat banyak suami yang mengizinkan istrinya untuk tetap aktif bekerja pasca menikah, bahkan memang mendukung mereka untuk membantu perekonomian keluarga, nyatanya masih ada calon suami yang melarang istrinya bekerja setelah menikah dan memiliki harapan supaya istri tetap di rumah, kalau perlu segera mengundurkan diri dari kantor setelah status ‘istri’ resmi diperoleh.
Hal ini nggak jarang membuat bingung perempuan yang ingin tetap aktif bekerja pasca menikah. Karena bagi sebagian perempuan, bekerja bukan hanya ingin mendapatkan penghasilan. Ini tentang karier, tentang impian, tentang kepercayaan diri dan sejuta alasan lain. Lalu gimana ya caranya supaya kita sebagai perempuan bisa memberikan pemahaman sederhana kepada calon suami kita yang ingin istrinya nggak bekerja dan mengurus rumah? Sebelumnya kita harus tahu beberapa hal ini.
1. Ingin istri di rumah
“Gue kalo udah nikah, gue pengen istri gue di rumah aja, ngurus rumah dan anak. Pokoknya gue nggak kasih izin dia kerja.” Harapan senada seperti itu ternyata masih bersemayam di benak beberapa laki-laki atau calon suami modern. Yang namanya harapan, mereka tentu ingin itu terwujud dan sang istri juga harus menyetujui permintaan suaminya nanti.
Sebagian dari mereka memang punya alasan pasti, yaitu supaya istri punya lebih banyak waktu untuk mengurus rumah, apalagi jika nanti sudah punya anak. Jadi, ada yang menklaim kalau suami melarang istri bekerja setelah menikah adalah ungkapan sayang mereka ke istri supaya nggak kelelahan. Tapi, ada juga yang memiliki alasan lain yang mungkin hanya Tuhan dan dia yang tahu.
2. Apakah mungkin kita bisa tetap bekerja?
Sebenarnya, calon istri nggak perlu khawatir apakah mereka tetap bisa bekerja setelah menikah atau nggak karena Maya punya trik khusus untuk menghadapi calon suami yang ingin istrinya tetap di rumah.
3. Harus dipastikan sebelum menikah
Hal yang perlu diingat dan dilakukan oleh setiap pasangan yang ingin menikah adalah bertanya dan berdiskusi tentang topik-topik sensitif, salah satunya seperti kesempatan bekerja untuk istri seperti ini. Tujuannya tentu saja untuk memperjelas seperti apa gambaran masa depan yang kalian lalui nanti.
4. Perempuan punya pilihan
Namun ketika seorang calon istri ingin menjadi ibu rumah tangga, Maya berharap bahwa itu adalah pilihan murni dari keinginan calon istri, bukan karena perintah atau tekanan dari pihak lain. “Di generasi saya, banyak perempuan yang cerita dan menyesal bahwa dia resign karena dulu diminta suaminya untuk berhenti bekerja dengan alasan nggak ada yang mengurus rumah dan anak. Well, it has to be a consent choice,” lanjutnya.
5. Ibu rumah tangga vs ibu bekerja
Lalu gimana jika ada orang yang melakukan mom shaming terhadap ibu yang bekerja, mencibir kalau anaknya diasuh oleh baby sitter atau dititipkan ke orangtuanya? “Kita ‘kan nggak pernah tahu apa yang terjadi dan apa yang dikorbankan,” tutur Maya. Mungkin pengorbanan seorang ibu yang bekerja adalah menitipkan anaknya kepada orangtua, namun itu masih bisa ditoleransi. Kuncinya adalah sejauh mana pengorbanan itu bisa ditoleransi dan jangan mudah menghakimi orang lain.
Perempuan bebas dalam menentukan hidupnya setelah menikah, baik menjadi ibu rumah tangga atas keinginan sendiri maupun kembali menjadi wanita karier. Aku jadi teringat sebuah kalimat yang diucapkan Dilan di film Dilan 1990 tentang rindu. Kalau calon suami bilang, “Kamu jangan kerja. Berat. Biar aku saja”, sekarang sudah tahu ‘kan sikap apa yang harus dilakukan ketika suami larang istri bekerja setelah menikah?